BIODATA
KEPALA DESA
NAMA : WAHYU HIDAYAT
TTL : KENDAL, 30 APRIL 1977
AGAMA : ISLAM
ALAMAT : GETAS DHUWUR, RT 01/04 DESA
TRIMULYO, KEC SUKOREJO, KAB KENDAL
RIWAYAT
PENDIDIKAN
SD LULUS TAHUN 1989
SMP LULUS TAHUN 1992
RIWAYAT
PEKERJAAN
1993-1995 BURUH BANGUNAN
1995-1998 WIRASWASTA
1998-SEKARANG PETANI
SEJARAH DESA TRIMULYO
Desa
Trimulyo pada saat ini memiliki tujuh Dukuh yaitu Margosono, Temon, Mranggen, Getas
Ngisor, Getas Dhuwur, Kiringan, dan Ngloyo. Ketujuh Dukuh ini memiliki
asal-usulnya masing-masing, di mana penamaan Dukuh ini konon di mulai sejak
masa Perang Jawa (1825-1830) ataupun jauh sebelumnya.
1.
Dukuh Margosono
Dukuh ini diberi nama sesuai dengan pendirinya. Awalnya
di bubak (Jawa: di buka sebuah lahan
baru) oleh dua orang pemimpin yang bernama Margo dan Sono, asal usul mereka
juga tidak diketahui pasti. Daerah ini konon di masa Perang Jawa sempat dilalui
pasukan Pangeran Diponegoro yang hendak berperang menuju Desa Genting Gunung.
2.
Dukuh Temon
Dukuh ini diberi nama sesuai dengan nama kondisi
yang terjadi. Kondisi itu adalah adanya pertemuan segerombolan pasukan Pangeran
Diponegoro dari segala penjuru wilayah Kendal, khususnya pasukan dari Dukuh
Beteng (Desa Tampingwinarno) yang dipercaya sebagai tempat pertahanan (benteng)
dalam Perang Jawa. Pasukan tersebut berjalan bersama-sama menuju Desa Genting
Gunung.
3.
Dukuh Mranggen
Dukuh ini diberi nama sama seperti pendirinya yaitu
Kyai Mranggi. Asal-usul Kyai Mranggi tidak diketahui secara pasti, warga
sekitar hanya mengingat adanya Kijing kecil (Jawa: Patok Makam) yang berada di
tengah kebun cengkih yang dikenal warga setempat sebagai Kebun Kemranggi. Kijing kecil ini dipercaya sebagai makam
Kyai Mranggi, namun sayangnya di tahun 1990-an oleh pemilik kebun cengkih yang
baru kijing ini dibongkar.
4.
Dukuh Getas
Ngisor
Dukuh ini diberi nama sesuai dengan letaknya di
bagian bawah arah keluar Desa Trimulyo. Nama Getas sendiri juga tidak diketahui
secara pasti. Konon menurut ceritanya Dukuh Getas ini dulu menjadi satu bernama
Getas Gonteng. Nama ini berasal dari orang yang mbubak (Jawa: membuka lahan baru) yang bernama Mbah Wali Gonteng.
Beliau memiliki nama asli Ahmad Syakur yang berasal dari Tuban, Jawa Timur, diduga
berperan sebagai penyebar agama Islam di daerah ini.
5.
Dukuh Getas
Dhuwur
Dukuh ini sama dengan Dukuh Getas Ngisor diberi nama
sesuai dengan letaknya yang lebih tinggi dari dukuh lain di Desa Trimulyo. Di
Dukuh ini terdapat pemakaman umum yang masih terawat, di mana Mbah Wali Gonteng
dipercaya warga dimakamkan di situ.
6.
Dukuh Kiringan
Dukuh ini diberi nama sesuai dengan pemimpin daerah
tersebut bernama Kyai Kiring. Kiring sendiri berasal dari istilah Jawa yaitu gawa karing yang berarti suka memanaskan
badan. Beliau konon suka berjalan-jalan ditengah terik matahari dan tidak
pernah bekerja. Makam beliau berada di daerah Pageruyung, Kendal.
7.
Dukuh Ngloyo
Nama Dukuh ini berasal dari kondisi yang terjadi di
daerah tersebut. Ketika pasukan Pangeran Diponegoro datang ke Sukorejo untuk
mengadakan perlawanan dengan pasukan Kolonial Belanda, mereka dalam kondisi
yang sangat loyo (Jawa: lelah) akibat
perjalanan jauh dari wilayah Kedu. Akhirnya mereka beristirahat sejenak di
Dukuh ini.
Setelah Perang Jawa ini berakhir, pada masa
pemerintah Kolonial Belanda Desa Trimulyo dibagi ke dalam tiga Kelurahan yang
terpisah yaitu Margosono, Kiringan, dan Getas. Kelurahan Margosono merupakan
gabungan dari dua Dukuh yaitu Mranggen dan Margosono, Kelurahan Kiringan
merupakan gabungan dari tiga Dukuh yaitu Temon, Kiringan, dan Ngloyo, dan
Kelurahan Getas yang berasal dari dua Dukuh yaitu Getas Ngisor dan Getas
Dhuwur. Tujuan pemisahan ini untuk mempermudah administrasi pihak Kolonial
Belanda hingga sebelum kedatangan Jepang.
Di masa Jepang ketiga Kelurahan tersebut dijadikan
satu dan diberi nama Trimulyo, berasal dari bahasa Jawa Tri yang artinya tiga
dan Mulyo yang artinya mulia, jadi dimaksudkan tiga kemuliaan. Konon harapan
Jepang sebagai bentuk penyederhanaan administrasi dan bagi warga Desa Trimulyo
berharap tiga kelurahan yang dijadikan satu tersebut mendapatkan kemuliaan
berupa kesejahteraan dan kebahagiaan bagi warganya. Nama Trimulyo ini
dipertahankan sampai sekarang. Apalagi setelah masa Revolusi Kemerdekaan Desa
Trimulyo dipecah kembali untuk memudahkan administrasi kependudukan menjadi
tujuh Dukuh sama seperti saat ini.
Berikut ini daftar lurah-lurah yang pernah menjabat
di Desa Trimulyo:
1. Kertosamiso (...
– 1944, ± sudah 25 tahun menjabat) bertempat tinggal di Dukuh Getas Dhuwur
2. Haji Irvan (1944
– 1947) bertempat tinggal di Dukuh Temon
3. Somopawiro (1948
– 1963) bertempat tinggal di Dukuh Kiringan
4. Busro (1963 –
1988) bertempat tinggal di Dukuh Margosono
5. Mahyum (1988 –
2002) bertempat tinggal di Dukuh Ngloyo
6. Yanti (2002 –
2007) bertempat tinggal di Dukuh Getas Dhuwur
7. Wahyu Hidayat
(2007 – 2013) bertempat tinggal di Dukuh Getas Dhuwur
VISI
DESA
TRIMULYO
“
Membantu Pemerintah dalam lingkungan desa, menuju Desa Trimulyo dalam hal
prestasi, iman dan taqwa.”
MISI
1. Melaksanakan kegiatan dalam bimbingan secara
efektif dengan tujuan untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh
masyarakat.
2. Menumbuh kembangkan penghayatan dan pengamalan terhadap agama
yang di anut dalam upaya masyarakat yang berbudi pekerti baik.
3. Menciptakan suasana yang kondusif untuk
mengefektifkan pembangunan di Desa Trimulyo.
4. Mengutamakan musyawarah dalam menyelesaikan
seluruh kegiatan di Desa Trimulyo yang BERIBADAT (Bersih, Indah, Damai, Aman,
Tertib).
5. Melestarikan dan mengembangkan olahraga, seni
dan budaya.
6. Mengembangkan pribadi yang peduli desa dan cinta
tanah air.
7. Melayani masyarakat.
#MONOGRAFI DESA
Desa Trimulyo
merupakan satu dari 18 desa di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal Propinsi
Jawa Tengah, dengan wilayah sebelah utara berbatasan dengan Desa Kebumen,
sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kali Pakis, sebelah timur berbatasan
dengan Desa Sukorejo dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Pesaren, Desa
Mulyosari serta Desa Tamping Winarno. Luas wilayah Desa Trimulyo mencapai 2,69
Km2 atau 3,53% luas wilayah Kecamatan Sukorejo, yang sebagian besar digunakan
sebagai lahan pertanian (tanah sawah, tanah tegalan & hutan ) yaitu
mencapai 83,02 % dan sisanya 16,98 % digunakan untuk pekarangan ( lahan untuk
bangunan dan halaman sekitar ), dan lain-lain.
#LUAS DAERAH WILAYAH (268.524 ha)
Luas Tanah Sawah : 164.000 ha
Luas Tanah Kering : 81.520 ha
Luas Areal Perkebunan : 23.004 ha
#Dukuh / Dusun : 7
1. Dusun
Temon
2. Dusun
Margosono
3. Dusun
Kiringan
4. Dusun
Mranggen
5. Dusun
Ngloyo
6. Dusun
Getas Dhuwur
7. Dusun
Getas Ngisor
*terdapat 17 Rukun Kampung dan 26 Rukun Tetangga
#Sarana dan Prasarana
Seluruh penduduk Desa Trimulyo adalah beragama Islam yaitu sebanyak 3229
orang. Dengan banyaknya tempat ibadah sebanyak 20 buah, dengan total masjid
sebanyak 6 buah, Mushola atau surau sebanyak 14 buah. Pendidikan merupakan
sarana penting dalam mencetak sumber daya manusia yang berkualitas, untuk itu
diperlukan prasarana pendidikan yang bagus dan representatif guna mendukung
wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Pada tahun 2013 ini jumlah sekolah TK
sebanyak 2 sekolah, SDN sebanyak 1 sekolah, Madrasah Ibtida’iyah sebanyak 1
sekolah, dan Madrasah Tsanawiyah sebanyak 1 sekolah. Kesehatan merupakan faktor
terpenting penunjang pendidikan, untuk itu di setiap dusun sudah ada bidan
untuk membantu memberikan pelayanan kesehatan bagi penduduk desa. Penjelasanya
sebagai berikut :
1. Tanah
Bengkok Pamong Desa : 23.545ha
2. Tanah
Kas Desa : 4410ha
3. Jumlah
Sekolah :
a. TK : 2 buah, guru : 5 orang, murid : 121 orang
b. SD : 1 buah, guru : 11 orang, murid : 192 orang
c. Madrasah :
- Ibtidaiyah : 1 buah, guru : 8 orang, murid : 140
orang
- Sanawiyah : 1 buah, guru : 13 orang, murid : 264
orang
4. Jumlah
Tempat Ibadah :
a. Masjid : 6 buah
b. Surau atau Mushola : 14 buah
#Penduduk dan Angkatan Kerja
#Penduduk dan Angkatan Kerja
Jumlah penduduk Desa Trimulyo
tahun 2013 sebanyak 3229 jiwa, terdiri dari 1643 laki – laki dan 1586 perempuan.
Pertumbuhan penduduk di Desa Trimulyo
tahun 2013 sebesar 1,1 persen. Pertumbuhan penduduk ini terjadi karena adanya
mutasi penduduk (lahir, mati, pindah dan datang). Jumlah penduduk menurut
kelompok umur terbanyak berada pada strata 40-49 tahun dengan jumlah sebanyak
465 jiwa sedangkan jumlah penduduk terkecil berada pada strata kelompok umur
50-59 tahun yaitu sebesar 217 jiwa. Mata pencaharian penduduk Kecamatan
Sukorejo sebagian besar ada di pertanian, urutan kedua dan ketiga adalah buruh
serta perdagangan. Yang dapat di rinci sebagai berikut :
1.
Jumlah KK : 1010 KK
2.
Jumlah Penduduk :
a.
Laki – Laki : 1643 Orang
b. Perempuan : 1586 Orang
3.
Jumlah Pekerja : 1635
a.
Petani Sendiri : 968 Orang
b. Buruh Tani : 345 Orang
c.
Buruh Industri : 7 Orang
d. Buruh Bangunan : 23 Orang
e. Pedagang : 45 orang
f. PNS / Abri : 23 orang
g.
Pensiunan : 11 orang
h. Pengangkutan : 10 orang
i. Lain –Lain : 203 orang
4.
Pendidikan Penduduk
a.
Tamatan Akademi / Perguruan Tinggi : 41 Orang
b. Tamatan SLTA : 81 Orang
c.
Tamatan SLTP : 279 Orang
d. Tamatan SD : 1645 orang
e. Tidak Tamat SD : 315 Orang
#Tanaman Perdagangan
Pertanian
merupakan sektor lapangan usaha bagi mayoritas penduduk di Desa Trimulyo. Jenis
utama tanaman yang diusahakan adalah padi dan cengkeh. Pada tahun 2013 luas
areal tanaman padi mencapai 12,00 dan luas areal tanaman cengkeh 3.702,00 Ha. Untuk
usaha peternakan, jenis unggas yang diusahakan adalah ayam kampung, ayam ras
(petelor & pedaging) dan Burung Puyuh. Untuk ternak besar yang paling
banyak diusahakan adalah sapi. Lebih jelasnya sebagai berikut :
1. Padi : 12ha
2. Cengkeh
: 166ha (tanaman muda), 2346ha(berproduksi), 240ha (tidak berproduksi)
3. Kelapa : 160ha (tanaman muda), 225ha (Berproduksi)
4. Kopi : 1290ha (tanaman muda), 2715ha (berproduksi), 70ha (tidak Berproduksi)
5. Sapi : 290 ekor
6. Ayam
kampung : 370 ekor
7. Itik : 60 ekor
8. Angsa : 30 ekor
MAKANAN TRADISIONAL KHAS DESA TRIMULYO
a.
Rengginang atau
Krecek
Bahan:
· Beras Ketan 50
Kg
· Garam 6 Ons
· Pewarna Makanan
(merah dan hijau)
· Gula Jawa
(bagian dari pewarna makanan coklat)
· Ketan Hitam 50
Kg (bila menginginkan Krecek berwarna hitam)
· Air secukupnya
Cara Membuat:
1. Pilih beras
ketan yang berkualitas baik (tanpa campuran dan tidak hancur), dicuci yang
bersih, dan direndam dalam air lebih tinggi
dari beras ketan selama 1 malam.
2. Beras ketan yang
sudah direndam ditiriskan dan kemudian dikukus.
3. Setelah setengah
matang dicampur dengan air garam kemudian dilanjutkan mengukusnya hingga
matang.
4. Beras ketan yang
matang diangkat dan dibentuk dengan cetakan melingkar berdiameter ± 5 cm.
5. Beras ketan yang
sudah dicetak dijemur dan ditaruh pada Rigen
(anyaman bambu ukuran ± 1,5 cm x 75 cm)
6. Setelah kering
dijemur, Rengginang siap untuk digoreng.
b.
Renggenek
Bahan:
·
Singkong atau
Ketela Pohon 1 Kuintal
·
Bawang Putih 2
Kg
·
Ketumbar 1 Ons
·
Kunyit ¼ Ons
·
Garam 1 Kg
·
Penyedap Rasa
(Miwon atau Micin) secukupnya
Cara Membuat:
1.
Singkong dikupas
dan dicuci yang bersih, kemudian digiling, dikukus sampai matang
2.
Singkong
gilingan ditiriskan dan ditunggu sampai dingin
3.
Singkong giling
yang sudah dingin kemudian dicetak dalam bentuk cincin berdiameter ± 2 cm
4.
Singkong yang
sudah dibentuk dijemur sampai kering
5.
Sementara
menunggu sampai kering disiapkan bumbu-bumbu seperti bawang putih, ketumbar,
kunyit, garam, dan penyedap rasa yang dihaluskan jadi satu dicampur dalam 1
buah ember sedang dengan air.
6.
Sesudah singkong
kering dicampur menjadi 1 dengan bumbu-bumbu, kemudian digoreng dalam minyak
panas.
7.
Renggenek yang
sudah matang akan berubah warna kekuningan siap untuk disajikan.
c.
Keripik atau
Ceriping Pisang
Bahan:
·
Pisang Jenis
Raja Nangka atau Pisang Belitung yang gemadung
(Jawa: masih hijau) 2 tandan
·
Minyak Goreng 4
Kg
·
Gula Pasir
secukupnya (bila ingin rasa manis)
·
Garam secukupnya
(bila ingin rasa gurih)
·
Air sekucupnya
Cara Membuat:
1.
Pisang dikupas
bersih dan kemudian direndam air untuk menghilangkan getahnya.
2.
Minyak goreng di
wajan dipanaskan, bila sudah panas pisang langsung di segrek (Jawa: dipasah) langsung diatas wajan yang berisi minyak
panas tersebut.
3.
Pisang yang
sudah dipasah digoreng dalam rendaman minyak panas sampai kering, kemudian
ditiriskan.
4.
Bila menginginkan
rasa manis, mula-mula campur air dengan gula pasir di dalam wajan, kemudian
pisang yang telah matang digoreng dalam wajan tersebut sampai larutan gula
bercampur rata dengan pisang.
5.
Bila
menginginkan rasa gurih, mula-mula pisang digoreng setengah matang langsung
dicampur oleh larutan garam dan diaduk dalam wajan tersebut.
6.
Bila semuanya
sudah dianggap matang, ceriping pisang bisa ditiriskan dan disajikan.
d.
Jenang Ketan
Bahan:
·
Tepung Ketan 1
Kg
·
Kelapa Parut 3
Buah
·
Gula Jawa 4 Kg
·
Gula Pasir 1 Kg
·
Garam secukupnya
·
Air secukupnya
Cara Membuat:
1.
Kelapa diparut
kemudian diperas diambil santannya.
2.
Panaskan wajan,
masukkan gula jawa, gula pasir, dan garam menjadi satu dan diaduk
perlahan-lahan
3.
Sementara itu
tepung beras diencerkan dengan air
dingin
4.
Campurkan semua
baik santan dan tepung beras yang sudah diencerkan ke dalam wajan yang sudah
berisi campuran gula dan garam, diaduk selama ± 5 jam.
5.
Setelah terlihat
kental, jenang didinginkan dan siap untuk disajikan.
e.
Jenang Waluh
Bahan:
·
Waluh ± seberat
3 Kg
·
Gula Pasir 2,5
Kg
·
Kelapa Parut 3
Buah
·
Agar-Agar Putih
2 Bungkus
Cara Membuat:
1.
Waluh dikupas
sampai bersih dan diparut sampai halus
2.
Sementara itu
kelapa juga ikut diparut dan diperas diambil santannya
3.
Campur ke semua
bahan mulai dari waluh yang sudah dihaluskan, santan, gula pasir, dan agar-agar
dalam satu wajan diaduk ± 5 jam hingga mengental.
4.
Jenang waluh
yang sudah mengental diangkat dari wajan, kemudian didinginkan dan siap untuk
disajikan.
f.
Kue Lempit
Bahan:
·
Kelapa Parut 4
Buah
·
Jahe ¼ Buah
·
Gula Merah 1½ Kg
·
Gula Pasir 1½ Kg
·
Gandum 2 Kg
·
Tapioka 5 Kg
·
Telur 2 Butir
·
Wijen 1 Ons
Cara Membuat:
1. Kelapa diparut
dan diambil santannya, kemudian direbus diambil santan kentannya untuk dicampur
dengan gula dan santan yang bening untuk mengencerkan gandum. Catatan bagi
santan bening tidak semua untuk mengencerkan gandum dan juga untuk mengencerkan
adonan yang terlalu kental nantinya.
2. Semua bahan
berupa gula jawa, gula pasir, dan santan dicampur jadi satu termasuk parutan
jahe ke dalam satu adonan.
3. Sementara itu telur
juga dicampur ke adonan dengan terlebih dahulu dikocok berserta wijen juga ikut
jadi satu dengan adonan.
4. Cetakan untuk
Kue Lempit berbentuk kotak disiapkan ditaruh diatas bara api pada kompor kayu.
5. Setelah matang
Kue Lempit diangkat dari cetakan kemudian didinginkan hingga jadi mengeras dan
siap untuk disajikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar