Sabtu, 24 Agustus 2013

SELUK BELUK DESA TRIMULYO

BIODATA KEPALA DESA

NAMA    : WAHYU HIDAYAT
TTL     : KENDAL, 30 APRIL 1977
AGAMA   : ISLAM
ALAMAT  : GETAS DHUWUR, RT 01/04 DESA TRIMULYO, KEC SUKOREJO, KAB KENDAL

RIWAYAT PENDIDIKAN
SD                        LULUS TAHUN 1989
SMP                       LULUS TAHUN 1992

RIWAYAT PEKERJAAN
1993-1995                  BURUH BANGUNAN
1995-1998                  WIRASWASTA
1998-SEKARANG              PETANI


SEJARAH DESA TRIMULYO

Desa Trimulyo pada saat ini memiliki tujuh Dukuh yaitu Margosono, Temon, Mranggen, Getas Ngisor, Getas Dhuwur, Kiringan, dan Ngloyo. Ketujuh Dukuh ini memiliki asal-usulnya masing-masing, di mana penamaan Dukuh ini konon di mulai sejak masa Perang Jawa (1825-1830) ataupun jauh sebelumnya.
1.             Dukuh Margosono
Dukuh ini diberi nama sesuai dengan pendirinya. Awalnya di bubak (Jawa: di buka sebuah lahan baru) oleh dua orang pemimpin yang bernama Margo dan Sono, asal usul mereka juga tidak diketahui pasti. Daerah ini konon di masa Perang Jawa sempat dilalui pasukan Pangeran Diponegoro yang hendak berperang menuju Desa Genting Gunung.
2.             Dukuh Temon
Dukuh ini diberi nama sesuai dengan nama kondisi yang terjadi. Kondisi itu adalah adanya pertemuan segerombolan pasukan Pangeran Diponegoro dari segala penjuru wilayah Kendal, khususnya pasukan dari Dukuh Beteng (Desa Tampingwinarno) yang dipercaya sebagai tempat pertahanan (benteng) dalam Perang Jawa. Pasukan tersebut berjalan bersama-sama menuju Desa Genting Gunung.
3.             Dukuh Mranggen
Dukuh ini diberi nama sama seperti pendirinya yaitu Kyai Mranggi. Asal-usul Kyai Mranggi tidak diketahui secara pasti, warga sekitar hanya mengingat adanya Kijing kecil (Jawa: Patok Makam) yang berada di tengah kebun cengkih yang dikenal warga setempat sebagai Kebun Kemranggi. Kijing kecil ini dipercaya sebagai makam Kyai Mranggi, namun sayangnya di tahun 1990-an oleh pemilik kebun cengkih yang baru kijing ini dibongkar. 
4.             Dukuh Getas Ngisor
Dukuh ini diberi nama sesuai dengan letaknya di bagian bawah arah keluar Desa Trimulyo. Nama Getas sendiri juga tidak diketahui secara pasti. Konon menurut ceritanya Dukuh Getas ini dulu menjadi satu bernama Getas Gonteng. Nama ini berasal dari orang yang mbubak (Jawa: membuka lahan baru) yang bernama Mbah Wali Gonteng. Beliau memiliki nama asli Ahmad Syakur yang berasal dari Tuban, Jawa Timur, diduga berperan sebagai penyebar agama Islam di daerah ini.
5.             Dukuh Getas Dhuwur
Dukuh ini sama dengan Dukuh Getas Ngisor diberi nama sesuai dengan letaknya yang lebih tinggi dari dukuh lain di Desa Trimulyo. Di Dukuh ini terdapat pemakaman umum yang masih terawat, di mana Mbah Wali Gonteng dipercaya warga dimakamkan di situ.
6.             Dukuh Kiringan
Dukuh ini diberi nama sesuai dengan pemimpin daerah tersebut bernama Kyai Kiring. Kiring sendiri berasal dari istilah Jawa yaitu gawa karing yang berarti suka memanaskan badan. Beliau konon suka berjalan-jalan ditengah terik matahari dan tidak pernah bekerja. Makam beliau berada di daerah Pageruyung, Kendal.
7.             Dukuh Ngloyo
Nama Dukuh ini berasal dari kondisi yang terjadi di daerah tersebut. Ketika pasukan Pangeran Diponegoro datang ke Sukorejo untuk mengadakan perlawanan dengan pasukan Kolonial Belanda, mereka dalam kondisi yang sangat loyo (Jawa: lelah) akibat perjalanan jauh dari wilayah Kedu. Akhirnya mereka beristirahat sejenak di Dukuh ini.

Setelah Perang Jawa ini berakhir, pada masa pemerintah Kolonial Belanda Desa Trimulyo dibagi ke dalam tiga Kelurahan yang terpisah yaitu Margosono, Kiringan, dan Getas. Kelurahan Margosono merupakan gabungan dari dua Dukuh yaitu Mranggen dan Margosono, Kelurahan Kiringan merupakan gabungan dari tiga Dukuh yaitu Temon, Kiringan, dan Ngloyo, dan Kelurahan Getas yang berasal dari dua Dukuh yaitu Getas Ngisor dan Getas Dhuwur. Tujuan pemisahan ini untuk mempermudah administrasi pihak Kolonial Belanda hingga sebelum kedatangan Jepang.
Di masa Jepang ketiga Kelurahan tersebut dijadikan satu dan diberi nama Trimulyo, berasal dari bahasa Jawa Tri yang artinya tiga dan Mulyo yang artinya mulia, jadi dimaksudkan tiga kemuliaan. Konon harapan Jepang sebagai bentuk penyederhanaan administrasi dan bagi warga Desa Trimulyo berharap tiga kelurahan yang dijadikan satu tersebut mendapatkan kemuliaan berupa kesejahteraan dan kebahagiaan bagi warganya. Nama Trimulyo ini dipertahankan sampai sekarang. Apalagi setelah masa Revolusi Kemerdekaan Desa Trimulyo dipecah kembali untuk memudahkan administrasi kependudukan menjadi tujuh Dukuh sama seperti saat ini.
Berikut ini daftar lurah-lurah yang pernah menjabat di Desa Trimulyo:
1.   Kertosamiso (... – 1944, ± sudah 25 tahun menjabat) bertempat tinggal di Dukuh Getas Dhuwur
2.    Haji Irvan (1944 – 1947) bertempat tinggal di Dukuh Temon
3.    Somopawiro (1948 – 1963) bertempat tinggal di Dukuh Kiringan
4.    Busro (1963 – 1988) bertempat tinggal di Dukuh Margosono
5.    Mahyum (1988 – 2002) bertempat tinggal di Dukuh Ngloyo
6.    Yanti (2002 – 2007) bertempat tinggal di Dukuh Getas Dhuwur
7.   Wahyu Hidayat (2007 – 2013) bertempat tinggal di Dukuh Getas Dhuwur


VISI
DESA TRIMULYO
Membantu Pemerintah dalam lingkungan desa, menuju Desa Trimulyo dalam hal prestasi, iman dan taqwa.

MISI
1. Melaksanakan kegiatan dalam bimbingan secara efektif dengan tujuan untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat.
2. Menumbuh kembangkan  penghayatan dan pengamalan terhadap agama yang di anut dalam upaya masyarakat yang berbudi pekerti baik.
3. Menciptakan suasana yang kondusif untuk mengefektifkan pembangunan di Desa Trimulyo.
4. Mengutamakan musyawarah dalam menyelesaikan seluruh kegiatan di Desa Trimulyo yang BERIBADAT (Bersih, Indah, Damai, Aman, Tertib).
5. Melestarikan dan mengembangkan olahraga, seni dan budaya.
6. Mengembangkan pribadi yang peduli desa dan cinta tanah air.
7. Melayani masyarakat.


#MONOGRAFI DESA
Desa Trimulyo merupakan satu dari 18 desa di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal Propinsi Jawa Tengah, dengan wilayah sebelah utara berbatasan dengan Desa Kebumen, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kali Pakis, sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukorejo dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Pesaren, Desa Mulyosari serta Desa Tamping Winarno. Luas wilayah Desa Trimulyo mencapai 2,69 Km2 atau 3,53% luas wilayah Kecamatan Sukorejo, yang sebagian besar digunakan sebagai lahan pertanian (tanah sawah, tanah tegalan & hutan ) yaitu mencapai 83,02 % dan sisanya 16,98 % digunakan untuk pekarangan ( lahan untuk bangunan dan halaman sekitar ), dan lain-lain.

#LUAS DAERAH WILAYAH  (268.524 ha)
Luas Tanah Sawah      : 164.000 ha
Luas Tanah Kering     : 81.520 ha
Luas Areal Perkebunan : 23.004 ha

#Dukuh / Dusun : 7
1. Dusun Temon
2. Dusun Margosono
3. Dusun Kiringan
4. Dusun Mranggen
5. Dusun Ngloyo
6. Dusun Getas Dhuwur
7. Dusun Getas Ngisor
*terdapat  17 Rukun Kampung dan 26 Rukun Tetangga

#Sarana dan Prasarana
Seluruh penduduk Desa Trimulyo adalah beragama Islam yaitu sebanyak 3229 orang. Dengan banyaknya tempat ibadah sebanyak 20 buah, dengan total masjid sebanyak 6 buah, Mushola atau surau sebanyak 14 buah. Pendidikan merupakan sarana penting dalam mencetak sumber daya manusia yang berkualitas, untuk itu diperlukan prasarana pendidikan yang bagus dan representatif guna mendukung wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Pada tahun 2013 ini jumlah sekolah TK sebanyak 2 sekolah, SDN sebanyak 1 sekolah, Madrasah Ibtida’iyah sebanyak 1 sekolah, dan Madrasah Tsanawiyah sebanyak 1 sekolah. Kesehatan merupakan faktor terpenting penunjang pendidikan, untuk itu di setiap dusun sudah ada bidan untuk membantu memberikan pelayanan kesehatan bagi penduduk desa. Penjelasanya sebagai berikut :
1. Tanah Bengkok Pamong Desa : 23.545ha
2. Tanah Kas Desa : 4410ha
3. Jumlah Sekolah :
a. TK : 2 buah, guru : 5 orang, murid : 121 orang
b. SD : 1 buah, guru : 11 orang, murid : 192 orang
c. Madrasah :
-  Ibtidaiyah : 1 buah, guru : 8 orang, murid  : 140 orang
-  Sanawiyah  : 1 buah, guru : 13 orang, murid : 264 orang
4. Jumlah Tempat Ibadah :
a. Masjid             : 6 buah
b. Surau atau Mushola : 14 buah

 #Penduduk dan  Angkatan Kerja
Jumlah penduduk Desa Trimulyo  tahun 2013 sebanyak 3229 jiwa, terdiri dari 1643 laki – laki dan 1586 perempuan. Pertumbuhan penduduk di Desa Trimulyo  tahun 2013 sebesar 1,1 persen. Pertumbuhan penduduk ini terjadi karena adanya mutasi penduduk (lahir, mati, pindah dan datang). Jumlah penduduk menurut kelompok umur terbanyak berada pada strata 40-49 tahun dengan jumlah sebanyak 465 jiwa sedangkan jumlah penduduk terkecil berada pada strata kelompok umur 50-59 tahun yaitu sebesar 217 jiwa. Mata pencaharian penduduk Kecamatan Sukorejo sebagian besar ada di pertanian, urutan kedua dan ketiga adalah buruh serta perdagangan. Yang dapat di rinci sebagai berikut :
1.       Jumlah KK : 1010 KK
2.       Jumlah Penduduk :
a.       Laki – Laki : 1643 Orang
b.       Perempuan   : 1586 Orang
3.       Jumlah Pekerja : 1635
a.       Petani Sendiri : 968 Orang
b.       Buruh Tani     : 345 Orang
c.       Buruh Industri : 7 Orang
d.       Buruh Bangunan : 23 Orang
e.       Pedagang       : 45 orang
f.       PNS / Abri     : 23 orang
g.       Pensiunan      : 11 orang
h.       Pengangkutan   : 10 orang
i.       Lain –Lain     : 203 orang
4.       Pendidikan Penduduk
a.       Tamatan Akademi / Perguruan Tinggi : 41 Orang
b.       Tamatan SLTA   : 81 Orang
c.       Tamatan SLTP   : 279 Orang
d.       Tamatan SD     : 1645 orang
e.       Tidak Tamat SD : 315 Orang

#Tanaman Perdagangan
Pertanian merupakan sektor lapangan usaha bagi mayoritas penduduk di Desa Trimulyo. Jenis utama tanaman yang diusahakan adalah padi dan cengkeh. Pada tahun 2013 luas areal tanaman padi mencapai 12,00 dan luas areal tanaman cengkeh 3.702,00 Ha. Untuk usaha peternakan, jenis unggas yang diusahakan adalah ayam kampung, ayam ras (petelor & pedaging) dan Burung Puyuh. Untuk ternak besar yang paling banyak diusahakan adalah sapi. Lebih jelasnya sebagai berikut :
1. Padi    : 12ha
2. Cengkeh : 166ha (tanaman muda), 2346ha(berproduksi), 240ha (tidak berproduksi)
3. Kelapa  : 160ha (tanaman muda), 225ha (Berproduksi)
4. Kopi    : 1290ha (tanaman muda), 2715ha (berproduksi), 70ha (tidak Berproduksi)
5. Sapi         : 290 ekor
6. Ayam kampung : 370 ekor
7. Itik         : 60 ekor
8. Angsa        : 30 ekor



MAKANAN TRADISIONAL KHAS DESA TRIMULYO

a.              Rengginang atau Krecek
Bahan:
·     Beras Ketan 50 Kg
·     Garam 6 Ons
·     Pewarna Makanan (merah dan hijau)
·     Gula Jawa (bagian dari pewarna makanan coklat)
·     Ketan Hitam 50 Kg (bila menginginkan Krecek berwarna hitam)
·     Air secukupnya
Cara Membuat:
1.  Pilih beras ketan yang berkualitas baik (tanpa campuran dan tidak hancur), dicuci yang bersih, dan direndam dalam air  lebih tinggi dari beras ketan selama 1 malam.
2.  Beras ketan yang sudah direndam ditiriskan dan kemudian dikukus.
3.   Setelah setengah matang dicampur dengan air garam kemudian dilanjutkan mengukusnya hingga matang.
4.  Beras ketan yang matang diangkat dan dibentuk dengan cetakan melingkar berdiameter ± 5 cm.
5.  Beras ketan yang sudah dicetak dijemur dan ditaruh pada Rigen (anyaman bambu ukuran ± 1,5 cm x 75 cm)
6.   Setelah kering dijemur, Rengginang siap untuk digoreng.


b.             Renggenek
Bahan:
·                Singkong atau Ketela Pohon 1 Kuintal
·                Bawang Putih 2 Kg
·                Ketumbar 1 Ons
·                Kunyit ¼ Ons
·                Garam 1 Kg
·                Penyedap Rasa (Miwon atau Micin) secukupnya
Cara Membuat:
1.             Singkong dikupas dan dicuci yang bersih, kemudian digiling, dikukus sampai matang
2.             Singkong gilingan ditiriskan dan ditunggu sampai dingin
3.             Singkong giling yang sudah dingin kemudian dicetak dalam bentuk cincin berdiameter ± 2 cm
4.             Singkong yang sudah dibentuk dijemur sampai kering
5.             Sementara menunggu sampai kering disiapkan bumbu-bumbu seperti bawang putih, ketumbar, kunyit, garam, dan penyedap rasa yang dihaluskan jadi satu dicampur dalam 1 buah ember sedang dengan air.
6.             Sesudah singkong kering dicampur menjadi 1 dengan bumbu-bumbu, kemudian digoreng dalam minyak panas.
7.             Renggenek yang sudah matang akan berubah warna kekuningan siap untuk disajikan.

c.              Keripik atau Ceriping Pisang
Bahan:
·                Pisang Jenis Raja Nangka atau Pisang Belitung yang gemadung (Jawa: masih hijau) 2 tandan
·                Minyak Goreng 4 Kg
·                Gula Pasir secukupnya (bila ingin rasa manis)
·                Garam secukupnya (bila ingin rasa gurih)
·                Air sekucupnya

Cara Membuat:
1.             Pisang dikupas bersih dan kemudian direndam air untuk menghilangkan getahnya.
2.             Minyak goreng di wajan dipanaskan, bila sudah panas pisang langsung di segrek (Jawa: dipasah) langsung diatas wajan yang berisi minyak panas tersebut.
3.             Pisang yang sudah dipasah digoreng dalam rendaman minyak panas sampai kering, kemudian ditiriskan.
4.             Bila menginginkan rasa manis, mula-mula campur air dengan gula pasir di dalam wajan, kemudian pisang yang telah matang digoreng dalam wajan tersebut sampai larutan gula bercampur rata dengan pisang.
5.             Bila menginginkan rasa gurih, mula-mula pisang digoreng setengah matang langsung dicampur oleh larutan garam dan diaduk dalam wajan tersebut.
6.             Bila semuanya sudah dianggap matang, ceriping pisang bisa ditiriskan dan disajikan.

d.             Jenang Ketan
Bahan:
·                Tepung Ketan 1 Kg
·                Kelapa Parut 3 Buah
·                Gula Jawa 4 Kg
·                Gula Pasir 1 Kg
·                Garam secukupnya
·                Air secukupnya
Cara Membuat:
1.             Kelapa diparut kemudian diperas diambil santannya.
2.             Panaskan wajan, masukkan gula jawa, gula pasir, dan garam menjadi satu dan diaduk perlahan-lahan
3.             Sementara itu tepung beras diencerkan dengan  air dingin
4.             Campurkan semua baik santan dan tepung beras yang sudah diencerkan ke dalam wajan yang sudah berisi campuran gula dan garam, diaduk selama ± 5 jam.
5.             Setelah terlihat kental, jenang didinginkan dan siap untuk disajikan.

e.              Jenang Waluh
Bahan:
·                Waluh ± seberat 3 Kg
·                Gula Pasir 2,5 Kg
·                Kelapa Parut 3 Buah
·                Agar-Agar Putih 2 Bungkus
Cara Membuat:
1.             Waluh dikupas sampai bersih dan diparut sampai halus
2.             Sementara itu kelapa juga ikut diparut dan diperas diambil santannya
3.             Campur ke semua bahan mulai dari waluh yang sudah dihaluskan, santan, gula pasir, dan agar-agar dalam satu wajan diaduk ± 5 jam hingga mengental.
4.             Jenang waluh yang sudah mengental diangkat dari wajan, kemudian didinginkan dan siap untuk disajikan.

f.              Kue Lempit
Bahan:
·                Kelapa Parut 4 Buah
·                Jahe ¼ Buah
·                Gula Merah 1½ Kg
·                Gula Pasir 1½ Kg
·                Gandum 2 Kg
·                Tapioka 5 Kg
·                Telur 2 Butir
·                Wijen 1 Ons

Cara Membuat:
1.  Kelapa diparut dan diambil santannya, kemudian direbus diambil santan kentannya untuk dicampur dengan gula dan santan yang bening untuk mengencerkan gandum. Catatan bagi santan bening tidak semua untuk mengencerkan gandum dan juga untuk mengencerkan adonan yang terlalu kental nantinya.
2.  Semua bahan berupa gula jawa, gula pasir, dan santan dicampur jadi satu termasuk parutan jahe ke dalam satu adonan.
3.  Sementara itu telur juga dicampur ke adonan dengan terlebih dahulu dikocok berserta wijen juga ikut jadi satu dengan adonan.
4.   Cetakan untuk Kue Lempit berbentuk kotak disiapkan ditaruh diatas bara api pada kompor kayu.
5.   Setelah matang Kue Lempit diangkat dari cetakan kemudian didinginkan hingga jadi mengeras dan siap untuk disajikan.